Terkadang hati berbicara, aku ingin kau mencintaiku seperti cintamu padanya. Yang membuatmu dengan tulus mencintaiku, bukan mengasihaniku. Aku ingin menjadi seperti dia yang dapat membuatmu bertekuk lutut dihadapannya, dan bukan datang karena iba. Terkadang sulit sekali membuang apa yang sudah ada. Bahkan tidak tahu sampai kapan aku menyimpannya dan berkata dalam dusta. Semakin aku mengerti bahwa dunia ini penuh dengan batas. Dan tanpa kusadari batas itu sekarang ada dihadapanku, yang membuat semua ini jadi jelas adanya. Andai bisa ku lukiskan semua dalam sebuah noktah, maka semuanya akan terlihat begitu tercermin dalam pandang sebuah sendok. Semua serba terbalik dan berlawanan. Maka ketika aku mendapati diriku yang usang dan layu, aku sedang berpikir tentang semua itu. Betapa mudahnya dilihat sekarang ini. Hmmm... Yaa Tuhan, andai Kau tau semua yang ku bimbangkan dalam sebuah catatan yang amat membingungkan... Tentang sebuah hasrat yang begitu tua dan rapuh. Maka aku hanya bisa menyakiti mataku yang lelah dengan semua kepayahan duka. Yang pasrah menunggu semua kembali sempurna.

Lalu sampai Kau datangkan padaku sebuah mimpi yang membuatku menjadi sumringah dalam ketidakberdayaan. Dan hanya dengan mimpi itu aku dapat meyakini semuanya.